|
| Malang Tak Dapat di Tolak |
| Selasa, 12 Agustus 2008 |
Memasuki bulan III sejak Tabina Collection berdiri, Alhamdulillah penjualan mulai menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan. Setelah bulan lalu toko agak sepi karena bersamaan dengan tahun ajaran baru, mulai bulan Agustus ini, sudah mulai membaik. Pengunjung sudah mulai rame, pesanan online pun terus berdatangan. Aku mulai optimis Insya Allah bulan ini aku bisa mencapai target yang sempat nggak kekejar di bulan yang lalu.
Untuk memenuhi kebutuhan di bulan Ramadhan dan menyambut Lebaran tahun ini, aku sudah mulai mempersiapkan segala sesuatunya. Stok yang mulai menipis aku tambah lagi sehingga tidak kelabakan nantinya kalau permintaan lagi banyak. Dana yang sebelumnya kurang aku persiapkan dengan segala macam cara. Karena modalku kayaknya nggak mencukupi untuk menambah stok barang, aku coba pinjam di koperasi kantor sebanyak Rp. 2.000.000,-. Aku juga pinjam sama nenekku yang kebetulan memang lagi ada simpanan dan rencananya hasilnya aku bagi juga tiap bulan biar ada tambahan belanja buat beliau. Maklum orang sudah pensiun dan tidak punya penghasilan lagi. Beliau pinjami aku sebanyak Rp. 7.000.000,- Akhir bulan Juli lalu aku juga dapat arisan Rp. 6.000.000,- Alhamdulillah dana sudah mulai terkumpul. Sebagian dari uang tersebut sudah aku belanjakan. Hampir tiap hari aku sempatkan belanja di jam istirahat kantor, biar nggak terlalu berat. Sabtu minggu pun kalau nggak ada acara aku bela-belain untuk kulakan di sana sini. Maklum tempat kulakannya agak berjauhan, ada yang di Rawamangun, Cimanggis, Ambasador, Tanah Abang dll. Tapi ya semua harus dijalani dengan senang hati, dengan perasaan gembira biar bisa mengobati rasa letih dan lelah. Aku berusaha menjalani semua itu dengan semangat tinggi. Aku berpikir kesuksesan itu memang butuh perjuangan dan kerja keras. Suatu saat nanti kita akan menuai apa yang kita tanam. Betul nggak teman-teman.
Malang tak dapat ditolak
Kemaren aku dikagetkan dengan kejadian yang sungguh tidak aku sangka sebelumnya. Pas aku makan siang di kantor, Devi, adikku yang lagi jagain toko telpon. Katanya ada orang di toko mau beli baju namanya Bu Dewi. Katanya kemaren sudah pernah beli. Memang sebelumnya ada juga Bu Dewi yang beli sama aku pas aku jagain toko. Dia ngomong sama aku di telpon katanya dia mau ketemu aku. Dia tanya kapan aku pulang. Aku bilang sama dia kalau mau ketemu nanti jam 5 sore, aku sudah di toko. Ya deh bu nanti aku tunggu ibu aja, katanya. Setelah itu dia bilang sama Devi kalau dia nggak bisa nungguin karena dia mau arisan. Aku ambil sekarang aja deh barangnya katanya soalnya aku mau arisan. Setelah dia pilih-pilih dan semuanya dicatat sama Devi. Aku nggak tahu apa pembicaraan dia sama Devi waktu itu, akhirnya barang tsb dibawa sama dia. Dia berdua sama temannya katanya namanya Ria . Dia ngambil, temannya juga ngambil. Setelah aku sampai di toko sore harinya, Devi langsung menyerahkan catatan ke aku. Aku lihat banyak sekali belanjaannya. Semuanya lebih kurang Rp. 6.000.000,-. Pas aku tanya uangnya, dia bilang belum bayar. Katanya nanti kalau laku baru disetor. Aku langsung kaget ya Allah kok ceroboh banget sih Dev aku bilang. Kenapa dibiarin orang yang baru dikenal bawa barang kita tanpa ada jaminan sama sekali? Aku nggak nyangka sama sekali kalau dia itu belum bayar. Aku pikir dia datang itu mau beli dan langsung bayar. Kata Devi ntar dia mau balik lagi jam 6 sore. Karena sudah mau magrib aku buru-buru pulang. Aku bilang sama Devi kalau dia balik lagi bilang kalau kita nggak bisa minjamin barang. Sistemnya Cash and Carry kataku. Ternyata ditunggu sampai malam orangnya nggak balik-balik. Devi sudah mulai ketakutan dan telp aku. Aku juga sudah khawatir. Aku langsung telp suamiku yang mau berangkat ke Banjarmasin, kebetulan masih di kapal. Suamiku bilang kenapa kok ceroboh banget ngasih barang ke orang. Akhirnya jam 9 malam devi nyampe di rumah. dia udah nangis-nangis. Orang tua, adik ipar, suamiku sudah mulai panik. Coba hubungi orangnya nggak bisa-bisa.
Aku berusaha untuk tenang. Aku tetap melanjutkan pekerjaanku photo-photo produk biar bisa tampil besok harinya di blog ku. Aku pikir aku nggak boleh marah-marah, aku harus bisa nahan emosiku. Aku langsung introspeksi diri, mungkin aku memang banyak kekurangannya, mungkin ini ujian buat aku, atau Allah mau menegur aku atas semua kesalahanku selama ini. Aku berusaha untuk selalu perpikir positif. Aku bilang sama Devi, ini pelajaran buat kita, mudah-mudahan lain kali tidak terulang lagi. Aku juga berusaha memberikan kekuatan moril sama dia biar dia tidak putus asa. Kita nggak mungkin berhenti sampai disini. Kita harus terus maju pantang mundur, apapun rintangan dan tantangan yang dihadapi, topan badai yang dilalui tapi kapal kita harus tetap sampai di tujuan. Kapal kita sudah mulai berlayar nggak mungkin balik lagi ke haluan jalan satu-satunya harus terus maju, maju dan maju sampai ketemu daratan nun jauh disana. Aku nggak tahu kapan kapalku akan sampai di tujuan dan berapa banyak lagi badai topan yang harus aku hadapi. Aku hanya bisa berdoa semoga kapalku tidak pernah karam di tengan lautan. Sebagai nahkoda kapal aku harus berjuang melawan derasnya arus, kuatnya angin sekaligus memberikan kekuatan mental kepada para awak kapalku biar tidak putus asa dalam mengharungi lautan bisnis yang penuh dengan rintangan. Tak ada lagi tempatku bergantung selain berserah diri kepada Allah. Aku yakin Allah lah yang paling berkuasa di dunia ini. Ya Allah hanya kepadaMulah aku berlindung dan kepadaMu lah aku minta tolong.
Semoga di balik musibah ini ada hikmah yang bisa kita ambil. Semoga teman-teman yang baca tulisan ini bisa lebih hati-hati dan jangan sampai terjadi seperti yang kami alami sekarang ini.
Kami juga mohon doanya semoga musibah ini bisa membuka pintu rezeki buat kami dan bermanfaat buat orang banyak. Buat orang-orang yang sudah menipu kami semoga diberi kesadaran dan diampuni dosa-dosanya. Amin
Salam hangat selalu
Yenti Yulistia
Owner " Tabina Collection"Label: Tabina Collection |
posted by Yenti Yulistia @ 23.51   |
|
|
|
|
|
